IHAU DAN KAPUL
Dalam
kesempatan perjalanan ke Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu di
Provinsi Kalimantan Timur, penulis menemukan dan mencicipi dua buah khas Pulau
Kalimantan yaitu buah Ihau (Dimocarpus malesianus) dan buah Kapul (Beccaurea
macrocarva). Nama jenis buah yang kedua bahkan disebut-sebut sebagai buah endemik
wilayah Kutai Barat.
Setelah menempuh
perjalanan sekitar sejauh 900 kilometer dengan rute Bogor – Jakarta dan dilanjut
penerbangan Garuda Indonesia GA564 rute Jakarta (CGK) - Balikpapan (BPN) kemudian
disambung dengan penerbangan perintis Express Air menggunakan pesawat jenis
ATR-42 menuju Melak (MLK), penulis mencicipi buah Ihau saat berada di pelabuhan
speedboat di Tering (Kutai Barat) sesaat sebelum menyusuri sungai Mahakam
menuju Long Bagun di hulu sungai Mahakam yang terletak di Kabupaten Mahakam Ulu
dengan menggunakan speedboat carteran.
Buah Ihau |
Penduduk setempat
menyebut buah Ihau sebagai buah Mata Kucing dan mereka menjualnya seharga
Rp20.000,00 per kilogram. Sambil menikmati segelas kopi hitam panas di sebuah
kedai di pelabuhan Tering, penulis mencecap buah Ihau ini bersama-sama dengan tiga
orang teman seperjalanan penulis.
Buah Ihau |
Rasanya manis dan
kental, air buahnya agak lengket, tidak jauh beda dengan rasa buah Lengkeng
(Dimocarpus longan) yang masih sesama kerabatnya buah Ihau. Yang membedakan
keduanya adalah bahwa kulit buah Ihau lebih keras dan bergerigi sedangkan kulit
buah Lengkeng lebih lunak dan halus.
Gambar : andirerei.com |
Sekitar tiga puluh
menit penulis berada di kedai kopi tersebut ambil mencecap beberapa butir buah Ihau,
selanjutnya kami berenam melanjutkan perjalanan menuju Long Bagun di hulu
Sungai Mahakam.
Gambar : andirerei.com |
Dalam perjalanan air
sekitar empat jam tersebut, kami menikmati suasana hijau vegetasi tegakan hutan
yang masih rapat di sepanjang kanan-kiri sungai Mahakam. Kami bercerita mengenai
berbagai hal tentang sungai Mahakam, namun saat kami berada di titik-titik tempat
tertentu ketika signal 4G Telkomsel muncul di layar handphone, dengan segera
kami pun semua menunduk, buka whatsapp, telegram, facebook, bahkan email.
Gambar : andirerei.com |
Sekitar
jam 13.30 WITA kami tiba di Long Bagun, saatnya kami beralih dari moda
transportasi sungai berganti ke moda transportasi darat untuk melanjutkan
perjalanan sejauh sekitar 152 kilometer lagi, dengan titik transit di kilometer
83. Namun sebelum dilanjut, di kilometer 0 (nol) Long Bagun ini kami tunaikan shalat
dzuhur sekaligus shalat ashar (jama taqdim) dan santap siang terlebih dahulu.
Gambar : andirerei.com |
Jalan
yang kami lalui bukanlah jalan yang mulus beraspal, melainkan jalan angkutan
kayu (logging) milik sebuah perusahaan kayu. Berbatu dan kadang berlubang serta
berkelok-kelok melalui tanjakan dan turunan. Tampak vegetasi tegakan hutan yang
masih bagus dan rapat serta terdengar berbagai
macam suara hewan liar, suara burung dan serangga hutan (tonggeret).
Berada di tengah-tengah rimba belantara untuk suatu urusan pekerjaan selama empat hari, bahkan sampai memasuki hutan di wilayah Kabupaten Malinau di Provinsi Kalimantan Utara, kami makan dengan menu daging Payau (rusa) yang diolah sebagai gulai maupun gepuk (empal). Begitu pun menu wajib ketika berada di hutan yaitu indomie goreng atau rebus (ICBP.JK), tetap tersaji kala kami makan bareng.
Berada di tengah-tengah rimba belantara untuk suatu urusan pekerjaan selama empat hari, bahkan sampai memasuki hutan di wilayah Kabupaten Malinau di Provinsi Kalimantan Utara, kami makan dengan menu daging Payau (rusa) yang diolah sebagai gulai maupun gepuk (empal). Begitu pun menu wajib ketika berada di hutan yaitu indomie goreng atau rebus (ICBP.JK), tetap tersaji kala kami makan bareng.
Tiba waktu kembali
pulang, kami balik kanan melalui jalan yang sama ketika perjalanan pergi. Pagi hari
kami turun dari hutan di titik kilometer 152 menuju titik kilometer 0 (nol) Long
Bagun dan tiba sekitar jam 15.00 WITA. Sebelum kembali berkendara di air sungai
Mahakam, terlebih dahulu kami santap siang dengan dengan menu ayam kampung dan
(lagi-lagi) indomie goreng, sekaligus kami tunaikan shalat dzuhur dan shalat ashar (jama
taqdim) di kilometer 0 (nol).
Gambar : andirerei.com |
Dalam perjalanan pulang
kembali ke pelabuhan speedboat di Tering Kutai Barat, kami tidak banyak bicara,
mungkin karena merasa lelah, bahkan beberapa orang dari kami sampai tertidur di
atas arus sungai Mahakam menuju hilir.
Gambar : andirerei.com |
Satu setengah jam
sebelum tiba di Tering, kami singgah di wilayah Datah Bilang, yang merupakan sebuah
tempat istirahat (rest area) dalam perjalanan di alur sungai Mahakam. Beberapa rumah
makan terapung di sini menjajakan makanan dan minuman juga makanan ringan
sebagaimana layaknya gerai makanan dan minuman di rest area yang ada di sepanjang
jalan tol di Pulau Jawa.
Kami pesan kopi hitam panas,
teh manis panas, membeli beberapa butir buah durian jatuhan dan juga lempok
durian. Sekitar setengah jam kami beristirahat di Datah Bilang, perjalanan pun dilanjutkan
menuju pelabuhan Tering, untuk kemudian disambung perjalanan darat sekitar 40
menit menuju kota Sendawar tempat kami bermalam dan tiba sekitar jam 19.00
WITA.
Buah Kapul |
Dari seorang pegawai restoran
di penginapan tempat kami bermalam, penulis ditawari untuk mencicipi buah Kapul.
Bentuknya mirip buah Kecapi dan daging buah serta rasanya yang manis asam mirip
sekali dengan rasa buah Manggis. Buah Kapul inilah yang disebut-sebut sebagai
buah endemik wilayah Kutai Barat.
Buah Kapul |
Keesokan harinya, kami
berangkat dari Bandar Udara Melalan di Kota Melak (MLK) kembali ke Jakarta via
Balikpapan (BPN). Dan sekitar jam 16.00 WIB kami mendarat di Bandara Internasional
Soekarno Hatta di Jakarta (CGK). Dari bandara penulis pulang ke Bogor dan yang lain pulang menuju rumah
masing-masing.
Rasa buah Ihau tidak
jauh berbeda dengan buah Lengkeng, begitu pun rasa buah Kapul hampir sama
dengan rasa buah Manggis. Namun meski begitu, tidak semua orang dapat merasakan
manisnya buah Ihau dan manis asamnya buah Kapul. Karena untuk sekedar
mencecapnya, terdapat jarak dan perlu waktu untuk pergi ke Pulau Kalimantan.
Demikian,
mudah-mudahan bermanfaat.
Mantap kang, lain kali kalau ke Mahulu kabari kang, siap jadi guide sampai perbatasan. Semoga makin sukses🙏🙏🙏
ReplyDeleteOke oom, sip....nuhun
Delete