HAMPIR TERLUPAKAN
Dalam
hidupnya, manusia membutuhkan ketersediaan bahan kebutuhan primer yang terdiri dari
kebutuhan akan pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan (rumah). Manusia
tanpa sandang dan tanpa papan masih bisa hidup apabila tersedia cukup pangan.
Namun tanpa pangan, manusia hampir pasti tidak bisa hidup, meskipun kebutuhan
akan sandang dan papan terpenuhi.
Petani adalah pelaku penyedia
pangan, namun kehidupannya masih terkesan marginal. Dalam kedudukan sosial pun petani
sering tidak mendapat tempat yang selayaknya, bahkan kadang dipandang rendah. Petani
hampir selalu identik dengan topi caping dan cangkul di tubuhnya. Bahkan generasi
muda saat ini nyaris tidak ada yang bercita-cita menjadi seorang petani.
Gambar : andirerei.com |
Bekerja keras
membanting tulang siang dan malam di tengah terik matahari dan guyuran air hujan,
itulah petani. Buah dari kerja kerasnya bahkan kita hanya tahu bahwa padi sudah
berubah menjadi beras dan kemudian nasi yang selanjutnya kita konsumsi setiap
hari tanpa pernah terpikir oleh kita bagaimana jerih payah para petani bekerja
untuk umat manusia.
Bagaimana mereka menyiapkan
lahan, menyemai benih, menanam bibit, merawat dan memeliharanya, memanennya,
mengolahnya lalu menjualnya pada harga yang kadang untungnya hanya sedikit. Siklus
tersebut mereka jalani dengan penuh “tanggung jawab” kurang lebih selama 4 (emat)
bulan sampai tiba masa panen. Bahkan mereka tidak kapok saat tanaman itu
diserang hama dan penyakit, juga fuso, sehingga mengakibatkan gagal panen. Petani
tetap menanamnya kembali dan terus menanamnya kembali.
“Tidaklah
seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang
ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari
kiamat.” (HR. Imam Muslim, Hadits Nomor 1552 (10).
“Tidaklah
seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman
itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai
sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi
sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits Nomor 1552).
Gambar : andirerei.com |
Dan itulah kabar
gembira bagi petani yang diucapkan langsung oleh Nabi shollallohu ‘alaihi
wa sallam. Bahwa kedua hadits tersebut menegaskan
2 (dua) manfaat kebaikan yang diperoleh petani :
Pertama : manfaat yang bersifat dunia
(dunyawiyah) dari bertani adalah menghasilkan produksi (menyediakan
bahan makanan) yang bisa bermanfaat bagi petani itu sendiri juga bermanfaat
bagi masyarakat dan negerinya. Setiap orang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian
baik sayuran dan buah-buahan, biji-bijian maupun palawija yang kesemuanya
merupakan kebutuhan hidup manusia sehingga hasil tani menjadi manfaat untuk umat
manusia dan dengan itu tumbuh banyak kebaikan-kebaikannya.
Kedua: manfaat yang bersifat agama (diniyyah)
yaitu berupa pahala atau ganjaran. Hasil tanaman petani dikonsumsi oleh
manusia, dimakan binatang (burung atau binatang lainnya) meskipun hanya satu
biji, sesungguhnya itu adalah sedekah bagi petani, baik dikehendaki ataupun
tidak, bahkan meski petani itu ketika menanamnya tidak memperdulikan perkara tentang
apa yang dimakan dari tanamannya merupakan sedekah, maka itu tetap merupakan
sedekah baginya. Pada saat tanamannya itu (misalnya) dicuri, dirampas atau
dirusak sekali pun, tetaplah dia bernilai sedekah bagi petani. Wallahualam bissawab.
Demikian,
mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon