KINERJA
SEKTOR INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA
Bahwa pada periode selama 12 (dua belas) tahun terakhir,
indeks harga saham gabungan (JKSE) naik dari Rp1.805,52 di awal tahun 2007
menjadi Rp6.693,47 di tahun 2018. Harga JKSE sebesar itu dicapai pada bulan
Februari 2018 sekaligus merupakan harga tertinggi yang pernah dicapai JKSE
sepanjang masa (all time high). Kenaikan harga JKSE sebesar (Rp6.693,47 -
Rp1.802,52) = Rp4.887,95 tersebut setara dengan kenaikan sebesar 270,72% atau jika
dirata-ratakan sebesar 22,56% per tahun.
Gambar : google image |
Kenaikan
JKSE ditopang dengan pertumbuhan 9 (sembilan) sektor industri di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan besaran prosentase kenaikan bervariasi. Kenaikan paling
tinggi dicapai oleh sektor konsumsi (JKCONS) mencapai 672,25% atau setara
dengan rata-rata kenaikan sebesar 56,02% per tahun. Sedangkan sektor
infrastruktur (JKINFA) menjadi sektor industri yang tingkat kenaikannya paling
rendah yaitu “hanya” sebesar 62,63% atau setara dengan rata-rata kenaikan sebesar
5,22% per tahun. Data pertumbuhan (kenaikan) JKSE dan 9 (sembilan) sektor
industri penopang JKSE sebagaimana data pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel
1 : Data pertumbuhan JKSE dan sektor industri di BEI periode tahun 2007 s.d.
2018.
|
Secara
berurutan pertumbuhan sektor industri di BEI dipimpin oleh sektor konsumsi
(JKCONS) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 56,02% per tahun, kemudian
diikuti sektor keuangan (JKFINA) sebesar 41,03% per tahun, sektor industri
dasar dan kimia (JKBIND) 40,41% per tahun, sektor aneka industri (JKMISC)
37,59% per tahun, sektor properti dan konstruksi (JKPROP) 32,27% per tahun,
sektor pertambangan (JKMING) 24,32% per tahun, sektor perdagangan (JKTRADE)
22,16% per tahun, sektor pertanian (JKAGRI) sebesar 16,49% per tahun dan terakhir
sektor infrastruktur (JKINFA) sebesar 5,22% per tahun.
Namun
grafik kenaikan harga tersebut ternyata tidak bertahan lama karena kemudian
pada penutupan hari bursa terakhir di akhir tahun 2018 JKSE turun kembali ke
posisi harga Rp6.194,50 seiring dengan turunnya harga 9 (sembilan) sektor
industri yang menjadi penopang JKSE. Harga JKSE dan harga sektor industri pada
penutupan hari bursa terakhir di akhir tahun 2018 sebagaimana data pada Tabel 2
di bawah ini :
Tabel
2. Data harga JKSE dan harga sektor industri di BEI pada penutupan hari bursa
terakhir di akhir tahun 2018.
|
Berdasarkan
data pada Tabel 2 di atas, pertumbuhan JKSE selama 12 (dua belas) tahun terakhir
yaitu periode awal tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2018 naik sebesar
Rp4.388,98 dari semula Rp1.805,52 menjadi Rp6.194,50. Kenaikan tersebut setara
dengan 243,09% atau jika dirata-ratakan setara dengan 20,26% per tahun.
Sedangkan
urutan pertumbuhan sektor industri masih tetap dipimpin oleh sektor konsumsi
(JKCONS) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 46,22% per tahun, kemudian diikuti
sektor industri dasar dan kimia (JKBIND) sebesar 40,09% per tahun menggeser
posisi sektor keuangan (JKFINA) dari posisi kedua ke posisi ketiga yang tumbuh hanya
sebesar 39,09% per tahun.
Urutan
selanjutnya adalah sektor aneka industri (JKMISC) dengan pertumbuhan 32,57% per
tahun, sektor properti dan konstruksi (JKPROP) 22,02% per tahun, sektor
perdagangan (JKTRADE) 15,41% per tahun, sektor pertambangan (JKMING) 7,53% per
tahun, sektor infrastruktur (JKINFA) 3,16% per tahun dan terakhir sektor
pertanian (JKAGRI) 2,37% per tahun.
Sesuai
data di atas bahwa rata-rata pertumbuhan JKCONS,
JKBIND, JKFINA, JKMISC, JKPROP lebih tinggi daripada pertumbuhan JKSE.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan JKAGRI, JKMING, INFA, JKTRADE, lebih
rendah dibandingkan angka rata-rata pertumbuhan JKSE. Khusus JKAGRI dan JKINFA angka
pertumbuhannya malah lebih rendah dari angka rata-rata inflasi tahunan di Indonesia.
Namun
masa iya kedua sektor industri tersebut (JKAGRI dan JKINFA) hanya tumbuh rendah
selama itu? Ceritanya menjadi lain jika anda melihat data pergerakan (volatilitas)
harga tahunan JKSE dan harga 9 (sembilan) sektor industri di BEI selama 12 (dua
belas) tahun terakhir sebagaimana data pada Tabel 3 sampai dengan Tabel 12 di
bawah ini :
Tabel
3. Data pergerakan harga JKSE periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Data
pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa JKSE mengalami tekanan pada tahun 2008
sebagai dampak dari krisis ekonomi global yang berawal dari krisis perekonomian
di Amerika Serikat dan efeknya menjalar ke negara-negara lainnya di Amerika,
Eropa dan Asia. Akibat dari krisis tersebut harga JKSE turun (- 50,53%) dari
tahun sebelumnya (tahun 2007).
Namun
kemudian selepas krisis tersebut JKSE bisa bangkit selama 4 (empat) tahun
berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dengan kenaikan
tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 86,98%. Dalam periode 5 tahun
terakhir (tahun 2013 – tahun 2018), JKSE naik dan turun dengan kenaikan di
tahun 2014, tahun 2016 dan tahun 2018 serta penurunan pada tahun 2013, tahun
2015 dan tahun 2018.
Tabel
4. Data pergerakan harga JKAGRI periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Pada
Tabel 4 di atas tampak bahwa kenaikan harga rata-rata saham di sektor pertanian
(JKAGRI) terjadi pada tahun 2007 mencapai 124,95%, namun kemudian turun tajam
pada tahun 2008 sebesar (- 66,48%) yang merupakan penurunan terendah hingga
saat ini (tahun 2018). Meski kemudian kembali mengalami kenaikan, namun kenaikan
hingga akhir tahun 2018 belum bisa melewati angka kenaikan pada tahun 2007.
Tabel
5. Data pergerakan harga JKMING periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Data
pada Tabel 5 di atas, menunjukan bahwa sektor pertambangan (JKMING) mengalami
kenaikan signifikan pada tahun 2007 mencapai 251,54%, tahun 2009 sebesar
151,06% dan tahun 2016 sebesar 70,73%. Namun penurunan tajam dengan akumulasi
penurunan lebih dari 100% terjadi selama 4 (empat) tahun berturut-turut dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
Tabel
6. Data pergerakan harga JKBIND periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Data
pada Tabel 6, sektor industri dasar dan kimia (JKBIND) mengalami penurunan hanya
pada tahun 2008, tahun 2013 dan tahun 2015 dengan penurunan terdalam pada tahun
2008 sebesar (- 42,60%). Namun selain tahun-tahun tersebut, JKBIND selalu
mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi diraih pada tahun 2009 mencapai 102,93%.
Tabel
7. Data pergerakan harga JKMISC periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Data
Tabel 7, sektor aneka industri (JKMISC) mengalami penurunan terdalam pada tahun
2008 sebesar (- 54,18%), namun kenaikan tertinggi terjadi 1 (satu) tahun setelahnya
yakni pada tahun 2009 mencapai 179,83%. Dalam kurun waktu 12 (dua belas) tahun
terakhir, JKBIND hanya turun pada tahun 2008, tahun 2013 dan tahun 2015,
sedangkan pada tahun-tahun lainnya JKBIND terus mengalami kenaikan.
Tabel
8. Data pergerakan harga JKCONS periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Pada
saat terjadi krisis ekonomi tahun 2008, semua sektor industri terkena dampaknya,
tak terkecuali sektor konsumsi (JKCONS). Namun di tengah-tengah penurunan hebat
yang terjadi pada sektor lainnya, penurunan harga JKCONS sebagaimana data pada
Tabel 8 di atas hanya sebesar (- 24,96%) saja, jauh lebih kecil daripada
penurunan di sektor-sektor lainnya. Bahkan penurunannya masih di bawah
penurunan JKSE yang mencapai (- 50,53%).
Setahun
setelah terjadi krisis, tepatnya pada tahun 2009, JKCONS tumbuh signifikan
sebesar 105,39%, dan tahun-tahun setelahnya pertumbuhan JKCONS terus meningkat.
Memang benar terjadi penurunan kembali pada tahun 2015 dan tahun 2018, namun
penurunan tersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan kenaika yang telah
diraih pada tahun-tahun sebelumnya.
Bahwa JKCONS relatif lebih tahan banting di banding sektor lainnya, dan
pertumbuhan JKCONS ini relatif stabil dengan kecenderungan terus meningkat.
Maka dari itu JKCONS bisa dipertimbangkan sebagai salah satu sarana untuk
berinvestasi jangka panjang.
Tabel
9. Data pergerakan harga JKPROP periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Sektor
properti dan konstruksi (JKPROP) sesuai data pada Tabel 9 di atas mengalami
penurunan terdalam pada tahun 2008 seesar (-58,73%), namun demikian pada tahun-tahun
berikutnya JKPROP bisa kembali bangkit, dan kenaikan tertinggi terjadi pada
masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014 mencapai 55,76%. Pada saat kampanye
pemilihan presiden tersebut, saham konstruksi memang menjadi primadona seiring
dengan kampanye pembangunan infrastruktur jalan, bendungan, bandara, dan
lain-lain yang merupakan pekerjaan di bidang usaha emiten-emiten konstruksi.
Tabel
10. Data pergerakan harga JKINFA periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Berbeda
dengan saham-saham emiten konstruksi, meski kampanye pembangunan infrastruktur
pada saat pemilihan presiden tahun 2014 merupakan salah satu trending topic, namun
pergerakan harga saham-saham di sektor infrastruktur (JKINFA) sebagaimana data
pada Tabel 10 di atas tidak begitu signifikan. Kenaikannya hanya sebesar 24,71%,
masih kalah dengan kenaikan pada saat tahun 2009 sebesar 48,57%. Saham PGAS,
TLKM, JSMR,TBIG, GIAA, ISAT, EXCL, berada dalam sektor JKINFA ini.
Tabel
11. Data pergerakan harga JKFINA periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Berdasarkan data pada Tabel 11 di atas, bahwa meski tahun 2008 adalah krisis
akibat runtuhnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dan Eropa, tapi pengaruhnya
tidak terlalu signifikan terhadap lembaga-lembaga keuangan (perbankan) di
Indonesia. Data menunjukan bahwa penurunan harga saham-saham di JKFINA hanya
sebesar (-32,67%), dan bahkan setahun kemudian (tahun 2009) malah rebound dengan
kenaikan sebesar 70,94%. JKINFA ini dihuni oleh bank-bank besar di Indonesia
diantaranya BBRI, BMRI, BBNI, BBCA.
Tabel
12. Data pergerakan harga JKTRADE periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2018.
|
Seperti
sektor industri lainnya, sektor perdagangan (JKTRAD) sebagaimana data pada
Tabel 12 di atas turun tajam di tahun 2008 mencapai (- 61,78%), namun dua tahun
kemudian yakni tahun 2009 dan tahun 2010 JKTRADE naik signifikan masing-masing
sebesar 85,91% dan 71,92%. Saham AKRA, ACES, ERAA, HERO merupakan sebagian dari
penghuni JKTRADE.
Berdasarkan
hal tersebut di atas bahwa pergerakan (volatilitas) harga saham emiten masing-masing
sektor industri selama 12 (dua belas) tahun terakhr (tahun 2007 – tahun 2018)
sangat beragam. Oleh karena itu dalam berinvestasi, selain butuh waktu yang
panjang, anda mesti menghitung ulang valuasi saham secara periodik (misalnya
setiap semester), terutama saat harga saham telah naik secara signifikan.
Dalam
konteks pergerakan (volatilitas) harga dimaksud di atas, maka meskipun
investasi kita baru berjalan selama 1 - 2 tahun di suatu saham, namun jika
harga pasar saham tersebut telah naik jauh lebih tinggi daripada nilai riil-nya
(nilai bukunya) atau telah jauh melebihi harga wajarnya (overvalued), saat itu
pertimbangkanlah untuk segera menjualnya.
Bahwa
pergerakan harga JKSE berkorelasi dengan pergerakan harga saham emiten-emiten yang
menjadi penghuni 9 (sembilan) sektor industri yang menjadi penopang JKSE itu
sendiri. Korelasi pergerakan harga keduanya sebagaimana tergambar pada Tabel 13
di bawah ini :
Tabel
13. Korelasi pergerakan harga sektor industri dengan JKSE periode tahun 2007
sampai dengan tahun 2018.
|
Pada Tabel 13 di atas tampak bahwa saat JKSE naik (increase) di tahun
2007, tahun 2009, tahun 2010, dan tahun 2016, seluruh sektor industri ikut naik
juga dan pada saat JKSE turun (decline) tahun 2008 dan tahun 2015, seluruh
sektor industri ikut turun juga (inline). Namun di tahun-tahun lainnya terjadi beberapa
anomali baik itu anomali positif maupun anomali negatif, sebagai beikut :
a.
Pada tahun 2011 JKSE naik namun JKAGRI, JKMING
dan JKFINA malah mengalami penurunan (anomali negatif).
b.
Pada tahun 2012 JKSE mengalami kenaikan namun
JKAGRI dan JKMING mengalami penurunan (anomali negatif).
c.
Pada tahun 2013 JKSE turun namun JKAGRI, JKCONS,
JKPROP, JKINFA dan JKTRAD naik (anomali positif).
d.
Pada tahun 2014 JKSE mengalami kenaikan namun
JKMING malah mengalami penurunan (anomali negatif).
e.
Pada tahun 2017 JKSE mengalami kenaikan namun
JKAGRI dan JKPROP malah turun (anomali negatif).
f. Pada tahun 2018 JKSE turun namun JKMING, JKBIND,
JKMISC dan JKFINA malah naik (anomali positif).
Sektor industri yang pergerakan harganya inline dan selalu beranomali positif
dengan JKSE adalah JKBIND, JKMISC, JKCONS, JKINFA dan JKTRAD. Artinya pada saat
JKSE mengalami kenaikan atau penurunan, kelima sektor industri tersebut mengalami
kenaikan atau penurunan juga, namun terjadi juga pada saat JKSE turun, kelima
sektor industri tersebut tetap mengalami kenaikan.
Sektor industri yang pergerakan harganya inline dan kadang-kadang beranomali
positif maupun beranomali negatif dengan JKSE adalah JKAGRI, JKMING, JKPROP dan
JKFINA. Artinya pada saat JKSE mengalami kenaikan atau penurunan, keempat sektor
industri tersebut mengalami kenaikan atau penurunan juga, namun terjadi juga
pada saat JKSE naik, keempat sektor industri tersebut malah turun, atau sebaliknya
pada saat JKSE turun, keempat sektor industri tersebut malah naik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas mudah-mudahan bisa didapatkan sektor
industri pilihan yang menurut anda prospektif dan tepat untuk dijadikan sarana
berinvestasi, dan kemudian jika sudah yakin dengan sektor industri pilihan
anda, selanjutnya carilah saham emiten yang jadi pemimpin di sektor industri
pilihan anda tersebut.
Demikian,
mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon