MEMBELI
PERUSAHAAN
Memiliki sebuah perusahaan besar, berkinerja
bagus dan terpercaya, merupakan dambaan atau keinginan sebagian besar orang. Namun
untuk mewujudkannya bukan perkara mudah, sebab membangun sebuah perusahaan yang
bonafide tidak bisa secara instan dan tidak bisa dengan cara asal-asalan.
Perusahaan dengan kinerja cemerlang membutuhkan
antara lain kerja keras (juga) cerdas, ketekunan dan keuletan, manajerial
bisnis yang mumpuni, pengelolaan aset yang jempolan, pengelolaan sumber daya manusia
(karyawan) yang oke, mitigasi resiko kegagalan usaha, dan terutama modal yang
cukup.
Tidak hanya sampai di situ, bahkan
setelah berdiri, perusahan akan melewati fase dimana tantangan dan peluang datang
silih berganti di tengah-tengah kompetisi bisnis. Untuk dapat tumbuh besar dan
bagus, semua itu harus dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Biasanya
fase tersebut berlangsung tidak sebentar, melainkan perlu waktu bertahun-tahun.
Jika pemilik perusahaan terjun langsung menangani operasional perusahaan, tentu saja semua itu akan menyita waktu, tenaga,
pikiran dan sekaligus biaya.
Dengan modal yang terbatas, mendirikan
sebuah perusahaan tentu saja dimungkinkan, misalnya dengan mengajak teman atau
keluarga dengan cara patungan modal. Namun hal itu pun tidaklah sederhana, karena
diperlukan kesepahaman dan kesepakatan bersama antara lain mengenai bidang
usaha yang akan dijalankan, bagaimana cara mengelola bisnisnya dan siapa
bertanggung jawab apa. Perlu chemistry yang solid.
Lain halnya jika dana yang tersedia sangat
banyak, tinggal beli saja sebuah perusahaan besar, bagus dan terpercaya yang
sudah jadi dan sedang berjalan, sehingga tidak memulainya dari awal dan tidak direpotkan
dengan hal-hal seperti disebutkan di atas. Perusahaan yang sudah terbukti
survive dalam berbagai kondisi perekonomian, yang senantiasa menghasilkan
keuntungan besar, yang terpercaya dan sudah punya brand image positif di
tengah-tengah konsumen, bahkan menguasai ceruk pasar yang luas.
Ibu Ninoy (sebut saja demikian namanya)
memiliki dana hanya sebesar Rp1.000.000.000 (satu milyar Rupiah), namun Ibu
Ninoy berkeinginan mempunyai perusahaan besar dan bagus yang sudah berjalan
(existing) di sektor industri pertambangan batubara, maka Bursa Efek Indonesia
(BEI) adalah tempat yang tepat bagi Ibu Ninoy untuk membeli perusahan dimaksud.
Di BEI Ibu Ninoy bisa membeli (memiliki) PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) secara
bertahap dengan cara membeli sahamnya sedikit demi sedikit disesuaikan
ketersediaan dana yang ada tanpa perlu repot mengurusi langsung operasional
perusahaan.
Posisi pada bulan desember 2018, terdapat
lebih dari 600 (enam ratus) perusahaan (emiten) yang berstatus Terbuka (Tbk)
dari berbagai sektor industri yang tercatat di BEI dan sahamnya
diperjualbelikan pada setiap hari bursa. Harga sahamnya pun bervariasi mulai
dari Rp50 (lima puluh rupiah) hingga puluhan ribu Rupiah per lembar.
Bagaimana caranya? sangat mudah. Ibu
Ninoy mendaftar sebagai nasabah di salah satu perusahan sekuritas (pedagang
perantara efek). Setelah tercatat sebagai nasabah, Ibu Ninoy mendapatkan Rekening
Dana Investor (RDI) sebagai sarana penyetoran dana untuk keperluan transaksi
jual beli saham, kemudian mendapatkan akun dalam platform online lengkap dengan
userID dan password, yang kesemuanya itu atas nama Ibu Ninoy sendiri dan dapat
dibuka hanya oleh Ibu Ninoy.
Perusahaan sekuritas yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI saat ini jumlahnya mencapai puluhan, baik
yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Swasta
(BUMS) nasional maupun asing. Biaya pembukaan akun bervariasi mulai dari Rp100.000
(seratus ribu rupiah) hingga Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) tergantung
kebijakan masing-masing perusahaan sekuritas.
Perlu diingat bahwa dana yang
dikeluarkan nasabah untuk membuka akun tersebut tidak menjadi milik perusahaan
sekuritas, melainkan tetap menjadi milik nasabah yang bersangkutan untuk keperluan
transaksi pembelian saham. Perusahaan sekuritas hanya mengutip biaya transaksi
beli dan transaksi jual dari nasabah atas pembelian atau penjualan saham yang
dilakukan nasabah. Biaya transaksi beli besarnya bervariasi antara 0,15% - 0,18%
dari nilai transaksi beli, dan biaya transaksi jual (berikut pajak) antara
0,15% - 0,28% dari nilai transaksi penjualan saham yang dilakukan nasabah.
Dengan dana sebesar Rp1.000.000.000, pada
tanggal 2 Januari 2018 Ibu Ninoy membeli saham PTBA dengan harga Rp2.500 per
lembar, maka Ibu Ninoy mendapatkan sebanyak 400.000 lembar (di luar fee
transaksi beli). Jumlah saham beredar PTBA saat ini sebanyak 11.520.659.250
lembar, dengan demikian kepemilikan Ibu Ninoy atas PTBA sebesar 0,003%.
Meski hanya sebesar 0,003%, Ibu Ninoy
adalah pemilik sah PTBA. Oleh karena itu Ibu Ninoy berhak atas keuntungan/laba
bersih yang diperoleh PTBA. Namun sebagai pemilik, tentu saja Ibu Ninoy berkewajiban
juga menanggung utang PTBA atau bahkan menanggung rugi jika saja PTBA mengalami
kerugian.
Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun
2017, ekuitas (modal bersih) PTBA Rp13.799.985.000.000 sehingga nilai buku
(book value) PTBA Rp1.197,85. Liabilitas (kewajiban/utang) Rp8.187.497.000.000
sehingga pada setiap lembar saham PTBA melekat kewajiban/utang Rp710,68. Aset
PTBA Rp21.987.482.000.000 sehingga nilai aset yang melekat pada setiap lembar
saham PTBA Rp1.908,53.
Laba bersih PTBA pada tahun buku 2017 Rp4.476.444.000.000
sehingga laba bersih yang melekat pada setiap lembar saham (earning per share)
atau EPS saham PTBA Rp388,56. Artinya dengan modal bersih (ekuitas) Rp1.197,85 dihasilkan
laba bersih Rp388,56, sehingga rasio laba bersih terhadap ekuitas (return of
equity) atau ROE setara dengan 32,44%, sedangkan rasio laba bersih terhadap
modal kotor (aset) atau ROA setara dengan 20,36%. Kinerja usaha yang bagus,
lebih tinggi dibandingkan dengan bunga simpanan deposito di bank yang hanya
sekitar 5% (lima persen) per tahun.
Sesuai dengan data nilai buku pada laporan
keuangan di atas, maka pembelian pada harga Rp2.500 per lembar saham artinya
Ibu Ninoy membeli 2,09 kali lebih mahal dari nilai yang seharusnya sebesar Rp1.197,85.
Tapi karena PTBA ini merupakan salah satu best company di Indonesia, harga
sebesar itu berani saja diambil Ibu Ninoy, pikirnya bahwa harga perusahaan
bagus memang mahal, jarang sekali atau bahkan tidak ada yang murah.
Gambar : google image |
Pada bulan Mei 2018, PTBA membagikan laba bersih tahun buku 2017 dalam bentuk dividen tunai kepada para pemilik PTBA (pemegang saham) Rp318,52 per lembar saham. Ibu Ninoy sebagai pemilik PTBA meski baru mulai sejak bulan Januari 2018 berhak atas dividen tersebut. Jumlah dividen yang didapatkannya yaitu Rp318,52 x 400.000 lembar = Rp127.408.400,00. Setelah dipotong pajak penghasilan sebesar 10%, maka Ibu Ninoy menerima dividen bersih Rp114.667.200,00. Jumlah tersebut setara dengan 11,47% dari modal yang telah dikeluarkannya.
Bahwa sampai dengan kuartal III tahun
2018 (bulan September 2018), ekuitas (modal bersih) PTBA meningkat menjadi Rp14.921.935.000.000
sehingga nilai buku (book value) PTBA menjadi Rp1.295,23. Liabilitas (kewajiban/utang)
turun menjadi Rp7.548.437.000.000 sehingga kewajiban/utang yang melekat pada
setiap lembar saham turun menjadi Rp655,21. Aset PTBA Rp22.470.372.000.000
sehingga nilai aset yang melekat pada setiap lembar saham PTBA menjadi Rp1.950,44.
Laba bersih telah mencapai Rp3.929.899.000.000,
sehingga laba bersih yang melekat pada setiap lembar saham (earning per share)
atau EPS Rp341,12. Rasio laba bersih terhadap ekuitas (return of equity) atau
ROE setara dengan 26,34%, dan rasio laba bersih terhadap modal kotor (aset) atau
ROA setara dengan 17,49%. Kinerja usaha PTBA tetap bagus, masih tetap lebih
tinggi dibandingkan dengan bunga simpanan deposito di bank, mengingat angka
capaian kinerja tersebut baru sembilan bulan, maka di akhir tahun 2018 tentu
angka capaian kinerja usaha PTBA akan makin besar.
Bagaimana dengan kinerja investasi Ibu
Ninoy setelah semblan bulan memiliki PTBA? Dengan EPS Rp341,12 maka keuntungan
bersih yang didapatkan Ibu Ninoy adalah (Rp341,12 x 400.000 lembar) = Rp136.447.018,00
atau setara dengan 13,64% dari modal awal Rp1.000.000.000. Namun jika modal
awal tersebut dikurangi dividen tunai yang telah diterima sebelumnya, maka
prosentase keuntungan bersih yang didapat Ibu Ninoy adalah Rp136.477.018,00/885.332.800,00
atau setara dengan 15,41%. Bukankah itu bagus?
Sebagai pemilik, Ibu Ninoy ini tidak perlu
repot mengurus perusahaannya (PTBA), sebab seluruh operasional perusahaan
ditangani oleh dewan direksi yang telah ditunjuk dan ditetapkan oleh para
pemilik PTBA (pemegang saham) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dengan memiliki PTBA, Ibu Ninoy
mendapatkan keuntungan berupa; meningkatnya ekuitas dan menerima dividen selama
menjadi pemilik PTBA (memegang saham PTBA), serta untung dari selisih lebih
harga saham (capital gain) apabila pada suatu saat nanti Ibu Ninoy menjual (saham)
PTBA.
Saham bukan semata-mata hanya tentang
saham. Ketika Ibu Ninoy membeli saham PTBA, artinya Ibu Ninoy telah membeli
sebagian kepemilikan atas PTBA. Ibu Ninoy tidak membeli lembaran kertas yang
dsebut saham. Ibu Ninoy membeli sebuah perusahaan, dalam hal ini perusahaan
dimaksud adalah PTBA.
Dan karena hal tersebut, rencana ke
depannya Ibu Ninoy akan kembali membeli saham PTBA sesuai dana yang tersedia
supaya kepemilikannya atas PTBA makin meningkat, dengan harapan dividen yang
diterimanya di masa senja hidupnya makin meningkat juga, bahkan mewariskan
perusahaan (PTBA) kepada anak-anaknya.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon