KARENA HARGA SAHAM BISA
TETAP, NAIK ATAU TURUN
Dalam mekanisme pasar secara umum kita mengenal adanya supply and demand.
Begitu pun dalam transaksi jual beli saham di bursa. Dalam prakteknya, ada banyak
parameter yang mempengaruhi sehingga harga suatu saham bisa naik, bisa turun
atau tidak naik namun tidak juga turun (tetap).
Volume transaksi jual beli suatu saham di bursa pasti berimbang, tidak ada yang lebih atau kurang satu sama lain. Dalam transaksi yang sudah terjadi, jumlah lembar saham yang dibeli pasti sama dengan jumlah lembar saham yang dijual pada saat bersamaan. Tidak mungkin tidak sama. Jika saham ABCD yang dibeli oleh si pembeli volumenya sebanyak 1.000 lembar maka saham yang terjual dari si penjual dalam transaksi tersebut volumenya pasti 1.000 lembar juga.
Begitu pun nilai transaksinya, berimbang juga. Dalam transaksi yang sudah terjadi, jumlah nilai dana yang dileluarkan oleh si pembeli pasti sama dengan jumlah nilai dana yang diterima oleh si penjual pada saat bersamaan. Jika saham ABCD yang dibeli oleh si pembeli nilai dananya sebesar Rp100 juta maka nilai dana yang diterima si penjual pun Rp100 juta juga.
Gambar : google image |
Jika volume dan nilai transaksi keduanya sama, lantas apa yang membuat harga
saham naik atau turun atau tetap (tidak naik dan tidak pula turun). Kondisi demikian
terletak pada bagaimana cara si pembeli dan si penjual bertransaksi.
Harga saham tidak akan naik namun tidak pula akan turun (tetap) apabila seluruh
penjual dan pembeli menjual dan membeli pada harga saham yang sama. Misalnya pada
penutupan hari bursa sebelumnya saham ABCD dihargai Rp1.000/lembar, kemudian penawaran
di antrian beli (bidding) hari bursa berjalan dihargai Rp1.000/lembar dan tersedia
sebanyak 1 juta lembar, apabila sampai dengan penutupan hari bursa pelaku pasar
yang melakukan aksi jual ke bidding hanya sebanyak 1 juta lembar serta tidak
ada yang melakukan aksi beli di antrian jual (offering), maka harga saham tidak
akan berubah.
Begitu pun sebaliknya jika pada harga di offering sebesar Rp1.000/lembar tersedia sebanyak 1 juta lembar dan pelaku pasar yang membeli di offering hanya sebanyak 1 juta lembar serta tidak ada yang melaukan aksi jual ke bidding, maka harga saham tidak akan naik namun tidak pula akan turun.
Begitu pun sebaliknya jika pada harga di offering sebesar Rp1.000/lembar tersedia sebanyak 1 juta lembar dan pelaku pasar yang membeli di offering hanya sebanyak 1 juta lembar serta tidak ada yang melaukan aksi jual ke bidding, maka harga saham tidak akan naik namun tidak pula akan turun.
Harga saham akan naik apabila si pembeli membeli pada harga yang lebih
tinggi. Misalnya pada harga offering pertama Rp1.000/lembar tersedia sebanyak 1
juta lembar, sedangkan si pembeli butuh sebanyak 2 juta lembar (karena merasa optimis),
maka pada saat di offering pertama habis si pembeli akan melakukan aksi beli pada
harga offering di atasnya yaitu Rp1.005, Rp1.010, Rp1.015 dan seterusnya. Dalam
dunia trading kondisi tersebut populer dengan istilah “hajar kanan”. Pembeli
tidak lagi melakukan bidding, tidak melakukan antri beli, tapi langsung
melakukan aksi beli.
Harga saham akan turun apabila si penjual melakukan aksi jualnya langsung ke harga bidding. Misalnya pada harga bidding pertama Rp1.000/lembar sebanyak 1 juta lembar, sedangkan si penjual melepas saham yang dimilikinya sebanyak 2 juta lembar (karena merasa khawatir), maka pada saat bidding pertama habis si penjual akan melakukan aksi jual pada harga bidding di bawahnya yaitu Rp995, Rp990, Rp985 dan seterusnya. Dalam dunia trading kondisi tersebut populer dengan istilah “hajar kiri”. Penjual tidak lagi melakukan offering, tidak melakukan antri jual, tapi langsung melakukan aksi jual.
Dalam prakteknya, transaksi jual beli saham di bursa berdasarkan investor
berasal terbagi ke dalam 4 (empat) macam transaksi yaitu transaksi jual beli domestik
(D) ke domestik (D), domestik (D) ke asing (F), asing (F) ke domestik (D) dan asing
(F) ke asing (F).
Para pelaku pasar dalam melakukan aksi jual dan
beli saham seringkali dipengaruhi oleh confidence (keyakinan) dalam memandang
kondisi perekonomian, baik itu domestik maupun global (kecuali sebagian
kalangan contrarian). Perlu diingat bahwa pengaruh investor asing (F) di bursa
kita masih sangat terasa. Maka ketika kondisi global bagus, harga saham di
bursa kita biasanya pun naik, dan ketika kondisi global sedang memburuk
(meskipun kondisi fundamental domestik sedang bagus), harga saham di bursa kita
juga biasanya ikut turun.
Intinya adalah bahwa pergerakan harga suatu saham
dipengaruhi oleh cara bertransaksi (cara menjual dan membeli) yang dilakukan
oleh para pelaku pasar sesuai kondisi psikologis (optimis/khawatir) pada saat dilakukannya
kegiatan transaksi jual dan beli.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon