SUPPORT DAN RESISTANCE
Pada dasarnya penggunaan seluruh indikator analisis teknikal
dalam trading saham adalah untuk menentukan support dan resistance dalam suatu
trend pergerakan harga. Support (S) adalah batas
dimana diperkirakan harga tidak akan turun lagi (dalam periode tertentu), sedangkan Resistance (R) adalah batas
dimana diperkirakan harga tidak akan naik lagi (dalam periode tertentu). Namun demikian,
dalam prakteknya, harga bisa bergerak bebas tanpa ada yang dapat memperkirakannya
secara pasti, bisa saja harga menembus S (breakdown) maupun R (breakout).
S/R biasanya diilustrasikan berupa garis lurus imajinatif
yang menghubungkan titik harga tertentu dengan titik harga tertentu lainnya. Titik
low ke low (L-L) atau high ke high (H-H), bisa dengan garis menyilang (diagonal)
dalam suatu trend pergerakan harga seperti dalam trendline, atau bisa juga
berupa garis mendatar (horizontal) diantara range harga tertentu seperti dalam Fibonacci
retracement. Apabila garis S/R tersebut berulang kali disentuh dan tidak dapat
dilewati oleh harga, maka S/R tersebut bisa dikatakan sebagai S/R yang kuat.
Gambar : google image |
Ketika harga pada penutupan hari bursa menembus level R
(breakout) maka R tadi berubah menjadi level S baru pada range harga yang baru
di atasnya, demikian juga ketika harga pada penutupan hari bursa menembus level
S (breakdown) maka S tadi berubah menjadi level R baru pada range harga yang
baru di bawahnya.
Apabila suatu S yang kuat atau sangat kuat ditembus
(breakdown), biasanya akan berubah menjadi R yang kuat atau sangat kuat pula pada
range harga baru di bawahnya, demikian juga dengan R kuat atau sangat kuat
ditembus (breakout), biasanya akan menjadi S yang kuat atau sangat kuat pula pada
range harga baru di atasnya.
Untuk menghindari false breakout atau breakdown, sebagian
trader biasanya menetapkan konfirmasi setelah 3 (tiga) hari atau kenaikan/penurunan
harga sebesar 3%. Artinya jika selama 3
(tiga) hari setelah breakout harga tetap bertahan di atas S yang baru, atau
harga naik sudah sampai sebesar 3% (rule dari Pak Satrio Utomo -
@RencanaTrading), maka berakout tersebut terkonfirmasi (bukan false breakout),
begitu pun sebaliknya apabila terjadi breakdown. Setelah menembus level S/R, trend harga cenderung
akan melanjutkan pergerakannya.
Penggunaan alat (tools) dan metode
untuk menentukan S/R, bisa kita dapatkan atau kita temukan di buku-buku atau laman
web tertentu yang membahas mengenai analisa teknikal. Beberapa dantaranya
adalah sebagai berikut :
a.
Dengan
cara manual.
Metoda ini tergolong sederhana, anda
hanya perlu melihat trend dan pergerakan harga dalam periode tertentu, kemudian
menarik garis lurus dari titik
tertinggi harga yang satu ke titik tertinggi harga lainnya, sehingga terlihat
garis R. Begitu pun dalam menetukan S, anda hanya perlu melihat trend
dan pergerakan harga dalam periode tertentu, kemudian menarik garis lurus dari titik terendah harga yang satu ke titik terendah
harga lainnya.
Periode yang diproyeksikan sebaiknya
tidak terlalu panjang agar range S/R tidak terlalu lebar, akan tetapi jangan
juga terlalu pendek yang akan membuat kita menjadi sulit menentukan titik entry
maupun exit karena range harga yang sempit. Penarikan garis ini bisa garis
mendatar (horizontal) dalam trend sideways atau pun menyilang (diagonal) dalam
trend bullish/bearish.
Dalam penarikan garis S/R secara
horizontal, pertama-tama tentukan titik low dalam suatu retracement sebagai S,
kemudian tarik garis lurus secara mendatar dan hubungkan dengan titik low
berikutnya. selanjutnya tentukan titik high dari retracement tadi sebagai R,
kemudian taris garis lurus secara mendatar sejajar dengan garis S dan hubungkan
dengan titik high lainnya. Berikut contoh penarikan garis S/R secara manual
dalam bentuk garis horizontal ;
Dalam
penarikan garis S/R secara diagonal dalam trend turun, pertama-tama tentukan
titik low dalam suatu retracement sebagai S, kemudian tarik garis lurus secara
menyilang dan hubungkan dengan titik low berikutnya. Selanjutnya tentukan titik
high dari retracement tadi sebagai R, kemudian taris garis lurus secara
menyilang sejajar dengan garis S dan hubungkan dengan titik high berikutnya.
Berikut contoh penarikan garis S/R secara manual dalam bentuk garis diagonal
dalam trend turun ;
Dalam
penarikan garis S/R secara diagonal dalam trend naik, pertama-tama tentukan
titik low dalam suatu retracement sebagai S, kemudian tarik garis lurus secara
menyilang dan hubungkan dengan titik low berikutnya. Selanjutnya tentukan titik
high dari retracement tadi sebagai R, kemudian taris garis lurus secara
menyilang sejajar dengan garis S dan hubungkan dengan titik high berikutnya.
Berikut contoh penarikan garis S/R secara manual dalam bentuk garis diagonal dalam
trend naik ;
b.
Dengan
menggunakan Fibonacci Retracement (FR).
Pada
metode ini, penentuan S/R dilakukan dengan cara menarik garis dari titik
tertinggi ke titik terendah atau sebaiknya dari titik terendah ke titik
tertinggi dalam suatu trend periode tertentu.
Dalam
trend turun dan berbalik arah, penarikan garis FR dilakukan dari titik
tertinggi ke titik terendah harga (H-L). Dalam contoh gambar di bawah ini,
penarikan garis Fibonacci retracement dilakukan dari titik A ke titik B ke arah
bawah.
Sedangkan
dalam trend naik dan berbalik arah, penarikan garis FR dilakukan dari titik
terendah ke titik tertinggi harga (L-H). Dalam contoh gambar di bawah ini,
penarikan garis Fibonacci retracement dilakukan dari titik A ke titik B ke arah
atas.
Perhatikan
trend pergerakan harga dalam periode tertentu, kemudian tarik garis H-L atau
L-H. Sama seperti pada penggunaan metode manual, dalam penggunaan FR pun periode
yang diproyeksikan sebaiknya tidak terlalu panjang agar range S/R tidak terlalu
lebar, akan tetapi jangan juga terlalu pendek yang akan membuat kita menjadi
sulit menentukan titik entry maupun exit, karena range harga yang sempit.
c.
Dengan menggunakan
Pivot Point (PP).
Pivot point terdiri dari 5 level,
yaitu :
R2 -
Resistance Kedua
R1 -
Resistance Pertama
PP -
Pivot Point
S1 -
Support Pertama
S2 -
Support Kedua
Pivot
point merupakan perhitungan rata-rata dari penjumlahan angka Open, High, Low
dan Close (O-H-L-C) dalam 1 (satu) hari bursa, dengan rumus perhitungan sebagai
berikut :
R2 = P + (H - L)
R1 = (2 x P) – L
PP = (O + H + L + C) / 4
S1 = (2 x P) – H
S2 = P - (H - L)
Cara
menggunakan Pivot Point
a.
Jika harga open di atas PP, maka
harga cenderung di atas PP dan bergerak mendekati R1, anda dapat melakukan
posisi sell ketika harga mendekati R1 dan memantul ke bawah. Jika hara open di
bawah PP, maka harga cenderung berada di bawah PP dan bergerak mendekati S1,
anda dapat melakukan posisi buy ketika harga memantul ke atas dari S1.
b.
Jika harga tidak mampu menembus R1,
maka harga cenderung berbalik ke S1, anda dapat melakukan posisi sell ketika
harga mendekati R1, sebaliknya jika tidak mampu menembus S1 harga cenderung
berbalik ke R1, anda dapat melakukan posisi buy ketika harga memantul dari S1.
c.
Jika harga dibuka pada R2 (gap up)
atau S2 (gap down), maka harga cenderung akan kembali mendekati PP. Apabila
open gap up, anda dapat menunggu ayunan harga ke bawah mendekati PP untuk
melakukan buy. Apabila open gap down, anda dapat menunggu ayunan harga ke atas
mendekati PP untuk melakukan sell.
d.
Jika harga semula di bawah PP
kemudian naik menembus ke atas PP, anda dapat membuka posisi beli karena pasar
menjadi bullish. Jika harga semula di atas PP kemudian turun menembus ke bawah
PP, anda dapat membuka posisi jual karena pasar menjadi bearish.
e.
Jika harga bolak balik berada di
sekitar PP, maka hal tersebut menunjukan bahwa trend pasar sedang mendatar/flat
(sideways), sebaiknya anda keluar dari market untuk masuk di saham lain yang
sedang dalam trend naik.
Beberapa contoh penggunaan S/R di atas hanya sebagian kecil
dari berbagai macam metoda lainnya yang biasa digunakan dalam trading saham,
anda hanya tinggal memilih tools dan metoda yang tepat dengan gaya trading
anda.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.
0 komentar
EmoticonEmoticon